Rabu, 13 April 2011

Psikologi Kesehatan, Neuropsikologi, dan Psikofarmakologi


Psikologi Kesehatan

Bidang  health psychology (psikologi kesehatan) relatif baru. Bidang ini merupakan cabang  psychosomatic medicine (ilmu kedokteran psikosomatis) dan behavioral medicine (ilmu kedokteran perilaku). Kesehatan dapat didefinisikan secara negatif sebagai ketiadaan tanda-tanda atau gejala-gejala objektif dan subjekif dari keadaan sakit, penyakit, malfungsi atau cidera badaniah (Birren dan Zarit, 1985). Kesehatan juga dapat didefinisikan secara positif sebagai keberadaan kesejahteraan, kekuatan dalam tubuh dan pikiran, kualitas hidup yang baik, dan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung kesehatan. Rodin dan Stone (1987) mendefinisikan bahwa psikologi kesehatan adalah semua aspek psikologi yang berhubungan dengan pengalaman sehat dan sakit serta perilaku yang memepengaruhi status kesehatan. Secara sederhana, psikologi kesehatan adalah studi tentang yang dilakukan orang untuk menjadi dan untuk tetap sehat, dalam kondisi seperti apa mereka menjadi sakit, dan apa yang mereka lakukan begitu mereka sakit.
Pengaruh Biologis, Psikologis, dan Sosial pada Kesehatan dan Penyakit
Model Biopsikososial berpandangan bahwa faktor-faktor fisiologis sama pentingnya dengan faktor-faktor psikologis dan sosial, maka pandangan ini dapat berpijak pada proses-proses sistem tingkat mikro atau lebih rendah (seperti ketidakseimbangan kimiawi dan perubahan-perubahan seluler) maupun proses-proses sistem tingkat makro atau yang lebih tinggi, termasuk faktor-faktor sosial (seperti tingkat dukungan sosial), dan faktor-faktor psikologis (seperti kecemasan). Disamping itu biopsikososial berasumsi bahwa penyakit merupakan akibat banyak faktor dari berbagai wilayah kehidupan dan dapat memiliki beragam efek. Model biopsikososial juga mempertimbangkan dan memberikan penekanan pada keadaan sehat beserta keadaan sakit, menekankan pada pemulihan beserta upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan. Jadi, model biopsikososial berasumsi bahwa keadaan sehat dan keadaan sakit dipengaruhi oleh saling hubungan antara faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosial (Engel, 1977, 1980;Schwartz, 1982).
Genetik
Tidak ada keraguan bahwa faktor genetik berperan dalam perkembangan banyak penyakit kronis yang menjadi perhatian para psikolog kesehatan klinis. Isunya adalah derajat kerentanan genetik yang dimiliki semua individu dan bagaimana kerentanan mereka berinteraksi dengan lingkungan dan perilaku kesehatannya dalam perkembangan penyakit. Jadi meskipun psikolog kesehatan klinis mengakui bahwa faktor genetik dapat berperan penting dalam kondisi-kondisi seperti obesitas, penyakit jantung, dan merokok, tetapi mereka lebih tertarik pada bagaimana cara mengintervensinya, terlepas dari kerentanan genetik individual masing-masing orang. Jadi, gen lebih menentukan kerentanan kita terhadap penyakit daripada bertindak sebagai faktor penyebab yang simplistik.
Stres, Dukungan Sosial, dan Coping
Konsep-konsep penting stres, sebuah kondisi yang menuntut sistem untuk melakukan penyesuaian dengan usaha ekstra secara fisiologis maupun psikologis. Ada bukti yang cukup bahwa stres berat dapat mempengaruhi sistem imun (kekebalan tubuh) dan menyulitkan tubuh untuk menangkal penyakit (Cohen, 1996). Tekanan waktu, sumberdaya finansial yang terbatas, dan hubungan yang bermasalah sering berimplikasi pada stres. Sumber-sumber stres ini diperantarai oleh dukungan sosial atau tidak/kurang ada dukungan sosial. Stres lainnya adalah krisis kehidupan yang memiliki efek pada kesehatan secara umum.
Meskipun coping dapat dilihat sebagai masalah individual, tetapi juga menjadi isu untuk kelompok-kelompok dan untuk program-program kemasyarakatan dan pemerintah.
Psikologi Kesehatan dan Pencegahan
Psikolog dilatih untuk mendapatkan pemahaman tentang etiologi berbagai gangguan dan kondisi-kondisi yang beresiko pada kesehatan. Untuk banyak masalah pencegahan primer berarti menangani anak-anak dan mendidik mereka untuk mengambil keputusan yang baik tentang kesehatan untuk dirinya sendiri. Sebagai contoh, obesitas adalah masalah yang meningkat pesat di Amerika. Tingkat obesitas yang tinggi ini kemungkinan disebabkan oleh pendidikan fisik yang tidak adekuat, terlalu banyak waktu yang dihabiskan dalam situasi-situasi pasif, seperti menonton TV, dan kekurangan pilihan makanan yang menarik sekaligus bergizi.

Neuropsikologi

Neuropsikologi klinis adalah bagian psikologi terapan yang berhubungan dengan bagaimana perilaku dipengaruhi oleh cidera dan disfungsi otak. Neuropsikologi memiliki representasi yang tersebar luas dalam tim-tim multidisiplin atau antardisiplin sebagai bagian dari pendekatan medis kontemporer terhadap penanganannya (Nelson dan Adams,1997).
Asesmen Neuropsikologis
Asesmen neuropsikologis biasanya terjadi dalam kaitannya dengan pemeriksaan neuropsikologis. Pemeriksaan ini sering kali dilakukan oleh seorang neurolog yang memeriksa fungsi-fungsi seperti refleks-refleks, koordinasi mata-tangan, dan feeling in extremeties. Tetapi berbeda dengan pekerjaan neurologis yang berusaha mengases fungsi sistem saraf itu, namun asesmen neuropsikologis berusaha mengevaluasi berbagai fungsi dan disfungsi kognitif, emosional, atau motorik. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk menetapkan seberapa jauh cidera pasien dan memfasilitasi rencana penanganan yang optimal yang menjadi bagian pelayanan rehabilitasi yang tepat-guna. Menetapkan lokasi dan progresi cedera atau penyakit menjadi sebagian maksud asesmen neuropsikologis.
Pendekatan-Pendekatan
Pendekatan yang luas digunakan dalam evaluasi neuropsikologis adalah WAIS adalah ukuran tunggal yang paling sering digunakan untuk inteligensi. Ketika mengetes anak-anak, versi lain yang paling banyak digunakan adalah WISC. Selain pentingnya mengevaluasi fungsi inteligensi secara umum dikebanyakan kasus neuropsikologis, ada indikasi-indikasi yang berguna dalam hasil-hasil tes tersebut, pada fungsi-fungsi kognitif spesifik.

Psikofarmakologi
Psikofarmakologi mengacu pada studi tentang obat-obatan yang mengubah aktivitas-aktivitas yang dikontrol oleh sistem saraf. Selain kebutuhan terhadap pemahaman umum tentang dasar-dasar fungsi farmakologis, beberapa psikolog klinis mungkin memikul tanggung jawab yang lebih langsung. Dibeberapa negara bagian AS, ada pergeseran ke arah memperluas kewenangan untuk menulis resep kepada psikolog yang memiliki latihan khusus dibidang psikofarmakologi.
Pertimbangan-Pertimbangan Efektivitas Farmakologis
Efektivitas intervensi farmakologis pada dasarnya bergantung pada dua macam pertimbangan yang berbeda. Pertimbangan yang pertama adalah tipe spesifik patologi yang sedang ditangani dengan obat yang dimaksud. Beberapa masalah dan gejala memberikan respons yang lebih baik terhadap obat dibanding yang lainnya. Sebagai contoh, intervensi farmakologis untuk menangani skizofrenia efektif dalam mengurangi beberapa gejala positif seperti halusinasi dan delusi. Sebaliknya, gejala-gejala negatif skizofrenia tidak banyak terpengaruh oleh obat.
Pertimbangan yang kedua adalah konsep pebedaan individual. Masing-masing orang mengalami efek obat yang berbeda dan masing-masing orang tidak selalu mendapatkan manfaat dari tipe obat tertentu. Ketika mengases respons terhadap obat dan isu-isu efikasi, klinisi harus mempertimbangkan sumber-sumber variabilitas individual seperti: berat badan, umur, dan riwayat medis sebelumnya.
 
Copyright (c) 2010 insight. Design by WPThemes Expert
Themes By Buy My Themes And Cheap Conveyancing.